Hi Urbie’s! Pernah nggak sih, kamu merasa sudah move on… tapi tiba-tiba satu lagu, satu foto, atau satu momen kecil bikin ingatan tentang mantan kembali berputar di kepala? Fenomena ini sering kali lebih parah terjadi kalau hubungan berakhir tanpa closure, tanpa penjelasan, tanpa alasan jelas, dan tanpa kata perpisahan yang tuntas.
Buat Urbie’s yang berusia muda, fase ini terasa berat banget. Bukan cuma karena rasa kehilangan, tapi juga rasa penasaran yang nggak kunjung terjawab. Kenapa sih hubungan tanpa closure lebih susah dilupakan? Yuk kita bedah.
Otak Selalu Mencari “Akhir Cerita”
Dalam psikologi, ada istilah Zeigarnik Effect, yaitu dimana otak manusia cenderung terus mengulang-ulang hal yang belum selesai. Sama seperti drama favorit yang tiba-tiba diputus di tengah episode, hubungan tanpa closure bikin kamu nggak punya “ending” yang jelas. Akhirnya, otak terus memutar pertanyaan: Kenapa dia pergi? Apa salah aku?
Baca Juga:
- Belum Tayang Season 2, Netflix Resmi Umumkan ‘One Piece’ Lanjut ke Season 3
- TasteAtlas Nobatkan Bubur Ayam Indonesia sebagai Porridge Terbaik di Dunia 2025
- Friendzone atau Bestie? Bisakah Cowok dan Cewek Temenan Tanpa Baper
Perasaan ini membuat kenangan terasa lebih kuat dan sulit dilepaskan. Bukannya hilang, justru jadi makin melekat karena belum ada jawaban.
Luka yang Terbuka Lebih Lama
Kalau hubungan berakhir dengan pembicaraan yang jelas, proses penyembuhan biasanya lebih cepat. Kamu tahu alasannya, dan meski sakit, ada titik akhir. Tapi kalau tanpa closure, luka itu seperti pintu yang dibiarkan terbuka. Kamu terus berharap suatu saat dia kembali untuk “menyelesaikan” cerita, padahal kenyataannya mungkin tidak.
Harapan yang tidak realistis inilah yang membuatmu susah benar-benar move on.
Fantasi Menggantikan Realita
Tanpa penjelasan, kita sering mengisi kekosongan dengan fantasi. Misalnya, kamu membayangkan dia meninggalkanmu karena alasan yang manis atau tragis. Padahal kenyataannya bisa jadi lebih sederhana dan mungkin nggak seindah itu.
Sayangnya, fantasi ini bikin kamu sulit menerima kenyataan, karena versi yang kamu bayangkan terasa lebih “benar” dibanding kenyataan yang mungkin pahit.
Media Sosial Jadi Pemicu
Generasi kita hidup di era di mana stalking mantan cuma butuh beberapa klik. Hubungan tanpa closure bikin kamu lebih sering kepo, berharap menemukan petunjuk lewat postingan atau story mereka. Hasilnya? Bukannya lega, kamu malah makin terjebak dalam lingkaran overthinking.
Cara Menghadapinya
Meski berat, ada beberapa langkah yang bisa kamu ambil untuk melepaskan diri:
Tulis surat yang tidak perlu dikirim
Ungkap semua unek-unek, lalu simpan atau buang.
Batasi akses media sosialnya
Bukan untuk benci, tapi untuk memberi ruang bagi dirimu.
Fokus pada rutinitas dan passion baru
Semakin sibuk kamu dengan hal positif, semakin sedikit ruang untuk kenangan yang belum tuntas.
Cari closure dari diri sendiri
Kamu nggak selalu butuh dia untuk menutup cerita—kamu bisa melakukannya sendiri.
Hubungan tanpa closure memang meninggalkan jejak yang lebih dalam. Tapi ingat Urbie’s, closure sejati datang bukan dari kata-kata orang lain, melainkan dari keputusan kita sendiri untuk berhenti mencari jawaban yang mungkin memang tak akan pernah datang.
Karena pada akhirnya, yang perlu kamu simpan bukanlah pertanyaan “kenapa dia pergi”, tapi pelajaran berharga yang membuatmu tumbuh lebih kuat.