Home Highlight 30.000 Artefak Pulang Kampung: Belanda Kembalikan Koleksi Bersejarah ke Indonesia

30.000 Artefak Pulang Kampung: Belanda Kembalikan Koleksi Bersejarah ke Indonesia

337
0
artefak Koleksi Dubois di Belanda dikembalikan ke Indonesia - sumber foto naturalis
artefak Koleksi Dubois di Belanda dikembalikan ke Indonesia - sumber foto naturalis
Urbanvibes

Hi Urbie’s! Pernah nggak sih kamu ngerasa ada bagian sejarah bangsa yang “hilang”? Seperti potongan puzzle besar yang tersimpan jauh dari rumahnya? Nah, kabar terbaru ini mungkin bakal bikin dada kita sedikit lega. Belanda berjanji mengembalikan 30.000 artefak ke Indonesia, sebuah langkah besar dalam perjalanan rekonsiliasi sejarah antara dua bangsa.

Kabar ini datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto setelah kunjungannya ke Belanda pada Jumat (26/9). Dalam kunjungan resmi itu, Prabowo diterima oleh Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima di Istana Huis ten Bosch, Den Haag.

“30.000 item yang mereka bawa dari Indonesia dikembalikan ke kita. Saya kira iktikad baik dari Belanda ingin pelihara hubungan baik kita,” ujar Prabowo.

Dari Den Haag ke Nusantara: Perjalanan Pulang Artefak Sejarah

Pengembalian ini bukan sekadar soal benda mati. Bayangkan, sebanyak 28.000 artefak di antaranya adalah bagian dari koleksi Pithecanthropus erectus, atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Manusia Jawa”. Koleksi ini populer dengan nama Koleksi Dubois, merujuk pada penemunya, Eugene Dubois, seorang peneliti Belanda yang menemukan fosil di Trinil, Jawa Timur pada akhir abad ke-19.

Penemuan Dubois kala itu mengguncang dunia ilmu pengetahuan, karena dianggap sebagai bukti awal evolusi manusia. Namun, di balik pencapaian ilmiah tersebut, terselip kenyataan pahit: artefak-artefak itu dibawa keluar dari tanah air di masa kolonialisme, tanpa ada persetujuan dari bangsa kita.

Kini, setelah lebih dari seabad, artefak-artefak itu bersiap untuk “pulang kampung”.

Mengembalikan Lebih dari Sekadar Artefak

Hi Urbie’s, coba bayangkan kalau 30.000 artefak ini sudah kembali ke tanah air. Bukan hanya menambah kekayaan museum dan pusat riset kita, tetapi juga memberikan kesempatan bagi generasi muda Indonesia untuk melihat langsung peninggalan berharga yang selama ini hanya bisa dipelajari dari buku atau jurnal asing.

Benda-benda ini bukan sekadar koleksi arkeologi. Mereka adalah jejak identitas, saksi bisu perjalanan panjang Nusantara, dari prasejarah hingga masa kolonial. Dengan kembalinya artefak-artefak ini, Indonesia bisa membangun kembali narasi sejarah dari perspektif kita sendiri, bukan semata dari kacamata kolonialis.

Diplomasi dan Iktikad Baik

Pengembalian artefak dalam jumlah besar ini juga jadi sinyal penting bagi hubungan bilateral Indonesia–Belanda. Di masa lalu, sejarah kedua negara penuh luka kolonialisme. Namun kini, langkah pengembalian artefak menunjukkan adanya kesadaran baru: bahwa kerja sama di masa depan harus dibangun dengan rasa hormat terhadap sejarah masing-masing.

Raja Willem dan Ratu Maxima menyambut kunjungan Prabowo dengan hangat, seolah menegaskan bahwa hubungan kedua negara sedang memasuki fase baru yang lebih setara.

Baca Juga:

Warisan Kolonial dan Luka Kolektif

Meski kabar ini menggembirakan, tak bisa dipungkiri kalau pengembalian artefak juga mengingatkan kita pada luka lama. Selama berabad-abad, banyak warisan budaya dan sejarah Indonesia dibawa keluar tanpa izin. Koleksi Dubois hanyalah satu dari sekian banyak.

Bagi sebagian orang, ini bukan sekadar tentang benda, tapi tentang pengakuan atas eksploitasi kolonial yang terjadi. Dengan kembalinya artefak-artefak ini, ada harapan bahwa luka kolektif itu sedikit demi sedikit bisa disembuhkan.

Apa Selanjutnya?

Urbie’s, pertanyaan besar yang muncul adalah: setelah artefak ini kembali, ke mana mereka akan disimpan? Apakah di Museum Nasional, atau dibangun pusat riset khusus yang bisa menjadi kebanggaan bangsa?

Yang jelas, pengembalian ini membuka peluang bagi Indonesia untuk:

  • Memperkuat museum nasional dan daerah sebagai pusat edukasi.
  • Mendorong penelitian lokal di bidang arkeologi dan paleontologi.
  • Menarik wisatawan internasional yang tertarik dengan sejarah evolusi manusia dan budaya Nusantara.

Bayangkan aja, turis asing yang tadinya harus terbang ke Belanda untuk melihat Koleksi Dubois, nantinya akan datang langsung ke Indonesia.

Pengembalian 30.000 artefak dari Belanda bukan cuma soal benda-benda kuno yang pulang kampung. Ini adalah momen simbolis tentang kebangkitan identitas bangsa dan langkah maju dalam hubungan diplomasi. Dari Koleksi Dubois hingga ribuan artefak lain, semua ini adalah milik kita—warisan sejarah yang akhirnya kembali ke tanah tempat mereka berasal.

Kita boleh saja melihatnya sebagai diplomasi, tapi yang lebih penting, ini adalah tentang generasi muda Indonesia yang akhirnya bisa belajar sejarah bangsanya sendiri, dari sumber yang asli, bukan dari cerita orang lain.

Jadi, tunggu apa lagi? Saatnya kita sambut kepulangan sejarah ini dengan bangga, karena artefak yang pulang bukan hanya milik museum, tapi milik kita semua, anak bangsa.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here