Home News François Monthoux, Kota Tanah Liat di Tengah Hutan yang Penuh Imajinasi

François Monthoux, Kota Tanah Liat di Tengah Hutan yang Penuh Imajinasi

117
0
seniman Swiss François Monthoux - sumber foto Instagram fmonthoux
seniman Swiss François Monthoux - sumber foto Instagram fmonthoux
Mercure

Hi Urbie’s! Bayangkan sebuah hutan di Swiss, sunyi, hanya suara angin yang menembus pepohonan. Di sanalah, François Monthoux, seorang seniman asal Swiss, menghabiskan tiga tahun terakhir hidupnya untuk membangun sebuah kota dari tanah liat. Kota ini bukan sekadar patung atau instalasi seni, tapi sebuah dunia miniatur yang hidup dengan cerita, karakter, dan misteri—bagaikan peradaban kuno yang tertidur dan perlahan bangkit kembali.

François Monthoux Membangun Kota, Membangun Kehidupan

François menyebut dirinya sebagai seorang pemimpi yang mewujudkan fantasi dengan tanah liat. “I love imagining the people who live in the streets of my city,” ungkapnya. Bagi François, setiap karakter yang ia pahat bukan hanya sekadar bentuk, tapi refleksi dari pengalaman pribadi. “The happiest moments are when the characters I sculpt resemble what I live through. When I sculpt the fool, placed at the highest point of the city, I find myself truly up high, standing on a ladder above my sculpture.”

Inspirasi François datang dari berbagai hal—mulai dari organisasi semut yang penuh keteraturan, padang rumput liar yang tak terduga, hingga sejarah abad pertengahan dan peradaban kuno. “I love Gothic architecture, those great cathedrals that rise like trees growing toward the sky,” ujarnya. Tak heran, kota liat ciptaannya berdiri dengan nuansa gotik yang megah namun tetap bersahaja, seolah catatan arsitektur dari sebuah dunia yang hilang.

Namun, daya tarik François tak hanya berhenti pada bentuk fisik kota liatnya. Dalam salah satu kutipan yang ia bagikan di Instagram pribadinya @fmonthoux, François menulis:

“I very much like the idea that my sculpture is like a half-buried ruin, gradually uncovered as one discovers it. One projects oneself into what has happened, imagines what is still buried, just as one imagines the lives of the Romans while walking through the ruins of Pompeii. When I find a fox skull in the bushes, I feel the same sense of discovery, of mystery this physical remnant, a witness of the past, awakens in me the thought: here an animal once lived. The field of ancient skulls says ‘Here something happened,’ or ‘Here lie our kin.’”

Baca Juga:

Inspirasi dari Alam & Sejarah

Ada sesuatu yang mistis sekaligus filosofis dari karyanya. François melihat kota tanah liatnya bukan hanya sebagai patung, melainkan sebagai “peninggalan arkeologis” yang lahir dari imajinasinya sendiri. “I am the arms, the legs, the founder of this people. I am its collective unconscious. In this way, I can reflect on myself by reflecting on this people, I can then apply an archaeologist’s gaze to my own psyche.”

Bisa dibilang, François membangun sebuah peradaban imajiner, di mana ia bukan hanya pencipta, tetapi juga bagian dari masyarakat yang hidup di dalamnya. Ia adalah arsitek, sekaligus saksi sejarah dari kota itu. Setiap dinding, jalan, dan karakter seakan menyimpan fragmen jiwa sang seniman.

Sebagai karya seni, Clay City bukan hanya indah dipandang, tapi juga mengundang kita, para penikmatnya, untuk merenung. Tentang waktu, tentang misteri yang terkubur, tentang bagaimana manusia selalu berusaha memahami jejak masa lalu. Seperti saat berjalan di reruntuhan Pompeii, atau menemukan tengkorak rubah di semak belukar, François ingin kita merasakan sensasi “di sini pernah ada kehidupan.”

Hi Urbie’s, karya François Monthoux ini mengingatkan kita bahwa seni bukan sekadar estetika, melainkan juga ruang untuk berdialog dengan sejarah, dengan alam, dan bahkan dengan jiwa kita sendiri. Kota tanah liat di hutan Swiss ini mungkin hanya miniatur, tapi kisah yang ia bawa terasa begitu luas, tanpa batas.

Jadi, apakah kamu siap untuk membayangkan dirimu berjalan di jalanan kota tanah liat François? Siapa tahu, di antara pahatan dan reruntuhan itu, kamu menemukan sepotong cerita tentang dirimu sendiri.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here