Hi Urbie’s! Siapa sangka, dessert klasik asal Italia justru ditaklukkan oleh tangan kreatif dari Jepang! Yup, dunia kuliner baru saja dikejutkan oleh hasil Tiramisu World Cup 2025 yang digelar di Treviso, Italia — tempat kelahiran tiramisu itu sendiri. Dalam ajang bergengsi yang berlangsung pada 10–12 Oktober 2025 ini, Aya Okada dari Jepang berhasil merebut juara pertama, mengalahkan ratusan peserta dari seluruh dunia dan membuat publik Italia terhenyak (dengan rasa manis, tentu saja).
Aya Okada Dari Negeri Sakura ke Kota Tiramisu
Treviso bukan kota sembarangan. Di sinilah tiramisu pertama kali lahir — sebuah simbol kebanggaan kuliner Italia yang penuh sejarah dan emosi. Tapi kali ini, sejarah sedikit “bergeser”, karena piala emas Tiramisu World Cup justru dibawa pulang ke Jepang.
Aya Okada, seorang baker amatir dari Tokyo, berhasil menaklukkan hati juri dengan kreasinya yang disebut memiliki “kesempurnaan rasa, tekstur, dan estetika.”
Di bawahnya, Milena Russo dari Italia meraih posisi kedua, sementara Simon Loutid dari Maroko berada di peringkat ketiga.
“Tiramisu Aya memiliki keseimbangan luar biasa antara kopi, krim mascarpone, dan kelembutan sponge yang presisi,” ujar salah satu juri dari panel profesional pastry. “Ini adalah perpaduan tradisi dan inovasi yang elegan.”
Struktur Kompetisi yang Ketat dan Transparan
Ajang Tiramisu World Cup 2025 bukan sekadar kontes manis-manisan. Kompetisi ini berlangsung dalam beberapa tahap ketat:
Seleksi: 10–11 Oktober 2025
Semifinal: Pagi, 12 Oktober 2025
Final: Sore, 12 Oktober 2025
Para peserta berasal dari berbagai negara, tapi yang menarik, lomba ini dibuka khusus untuk pembuat kue amatir. Meski begitu, para juri yang menilai justru berasal dari jajaran pastry profesional dunia.
Kriteria penilaian meliputi:
- Teknik pembuatan
- Keseimbangan bahan (kopi, mascarpone, gula, dan cocoa)
- Estetika dan penyajian visual
- Inovasi tanpa melupakan tradisi
Tak hanya itu, di waktu yang hampir bersamaan juga digelar kompetisi versi profesional yaitu Professional Tiramisu World Trophy FIPGC 2025, yang menampilkan para chef berpengalaman dari berbagai negara.
Baca Juga:
- Dibintangi Kang Ha-neul, Kim Young-kwang, Cha Eun-woo & Han Seon-hwa, Film The First Ride Siap Bikin Kamu Ngakak di Bioskop!
- Indonesia Outing Expo 2025: Satu Tempat, Ribuan Ide untuk Kegiatan Kebersamaan
- Malang & Ponorogo Resmi Jadi Kota Kreatif UNESCO 2025, Kebanggaan Baru dari Jawa Timur

Ketika Jepang Membawa Zen ke Dalam Tiramisu
Kalau ada satu hal yang membuat kreasi Jepang selalu istimewa, itu adalah dedikasi pada kesempurnaan.
Dalam wawancara singkat, Aya Okada mengaku bahwa inspirasinya datang dari filosofi Jepang yang menekankan keseimbangan dan ketenangan. “Saya ingin tiramisu ini tidak hanya lezat, tapi juga menenangkan hati,” ujarnya dengan senyum lembut.
Tiramisu versinya menggunakan pendekatan presisi khas Jepang — dari suhu espresso yang diseduh tepat di bawah 92°C, hingga tingkat kelembapan sponge cake yang diatur agar tidak terlalu menyerap cairan. Hasilnya? Tekstur yang ringan, aroma kopi yang elegan, dan tampilan yang memukau tanpa kehilangan jiwa tiramisu klasik.
Estetika penyajiannya bahkan membuat juri berdecak kagum. Beberapa menyebutnya sebagai “Japanese minimalism meets Italian passion.”
Aya Okada Kuliner Global Tanpa Batas
Kemenangan Aya Okada di Treviso bukan sekadar kemenangan individu — tapi simbol perubahan dalam dunia kuliner global.
Tiramisu, yang dulu identik dengan cita rasa Italia, kini menjadi panggung kolaborasi budaya. Dari Italia ke Jepang, dari tradisi ke inovasi, dunia pastry menunjukkan bahwa rasa enak tak punya paspor.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu juri utama, “Tiramisu telah menjadi bahasa universal. Siapa pun yang mencintai dessert ini, berhak menulis ulang ceritanya.”
Fenomena ini juga menegaskan bahwa batas antara “klasik” dan “modern” kini semakin kabur. Generasi baru pastry chef berani bereksperimen tanpa melupakan akar rasa — dari croissant matcha di Paris, es kopi tiramisu di Jakarta, hingga tiramisu matcha di Tokyo.
Lebih dari Sekadar Kue
Bagi Italia, kekalahan di “rumah sendiri” tentu pahit — tapi juga penuh pelajaran. Dunia kuliner bukan soal siapa yang punya resep pertama, melainkan siapa yang bisa menghadirkan pengalaman terbaik dari setiap gigitannya.
Dan Aya Okada telah membuktikan bahwa ketulusan dan presisi bisa menciptakan keajaiban, bahkan di dapur orang lain.
Jadi, Urbie’s, kalau kamu menikmati sepotong tiramisu hari ini, ingatlah: di balik lapisan mascarpone dan kopi itu, ada cerita global tentang rasa, budaya, dan keberanian untuk berinovasi.



















































