Home Highlight Dari Istana ke Kanvas dan Cat Air! SBY Temukan “Kebebasan Baru” Sebagai...

Dari Istana ke Kanvas dan Cat Air! SBY Temukan “Kebebasan Baru” Sebagai Seniman

55
0
Susilo Bambang Yudhoyono SBY - sumber foto Instagram sbyartcommunity
Susilo Bambang Yudhoyono SBY - sumber foto Instagram sbyartcommunity
Urbanvibes

Hi Urbie’s! Bayangkan seseorang yang pernah memimpin negara selama sepuluh tahun, kini menghabiskan hari-harinya dengan kuas di tangan, melodi di telinga, dan kata-kata puitis di kepala. Ya, Susilo Bambang Yudhoyono SBY — Presiden ke-6 Republik Indonesia — resmi meninggalkan dunia politik, dan memilih jalan hidup baru: menjadi seniman.

Dari Panggung Politik ke Dunia Seni

Dalam orasi ilmiahnya di acara Dies Natalis ke-65 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, SBY dengan tenang namun penuh keyakinan mengumumkan peralihan besar dalam hidupnya.
Dunia saya sekarang melukis, bermain musik, membuat puisi, dan mempersiapkan novel. Saya lebih merdeka karena tidak lagi terikat protokoler,” ujarnya.

Pernyataan itu seolah menjadi titik balik.
Bagi seseorang yang terbiasa hidup dengan jadwal ketat, protokol panjang, dan keputusan besar menyangkut nasib bangsa, kini SBY memilih untuk berhadapan dengan kanvas kosong dan cat warna.
Sebuah bentuk “kemerdekaan” baru yang jauh dari sorotan politik — tapi tetap mencerminkan kedalaman seorang pemimpin yang berpikir dan merasa.

Melukis Sebagai Bahasa Jiwa

SBY ternyata bukan pemain baru dalam dunia seni.
Selama masa pensiunnya, publik kerap melihat unggahan karyanya di media sosial: lukisan-lukisan bertema alam, kemanusiaan, dan refleksi hidup.
Setiap sapuan warnanya seakan berbicara — bukan dengan pidato, tapi dengan emosi.

Lukisan SBY sering menggambarkan ketenangan laut, matahari terbenam, atau gunung yang berdiri megah, seolah menjadi metafora dari perjalanan panjang hidupnya: penuh badai, namun tetap menemukan damai di akhir.
Seni, bagi SBY, adalah medium baru untuk menyalurkan pikiran, rasa, dan imajinasi — sesuatu yang tak bisa ia sampaikan lewat podium politik.

Musik dan Puisi: Ekspresi Jiwa Seorang Mantan Presiden

Selain melukis, SBY juga aktif bermain musik dan menulis puisi.
Baginya, musik bukan hanya hiburan, tapi bahasa universal yang mampu menyatukan perasaan.
Beberapa lagu ciptaannya seperti Rindu Kamu, Indonesia dan Mengenangmu menunjukkan sisi melankolis sekaligus nasionalis yang kental — mencerminkan sosok yang tak pernah benar-benar jauh dari cintanya terhadap tanah air.

Kini, ia juga tengah menyiapkan sebuah novel, menandakan bahwa perjalanannya di dunia seni baru saja dimulai.
Jika dulu ia menulis kebijakan negara, kini ia menulis kisah kehidupan, cinta, dan refleksi diri — dari sudut pandang seorang manusia yang pernah memikul beban besar, namun kini memilih kebebasan kreatif.

Baca Juga:

“Saya Lebih Merdeka Sekarang”

Kalimat itu mungkin terdengar sederhana, tapi bagi SBY, ia memiliki makna dalam.
Kehidupan sebagai seniman memberinya ruang untuk bernapas, tanpa tekanan politik, tanpa rapat, tanpa kamera yang selalu menyorot setiap langkah.

Saya lebih merdeka karena tidak lagi terikat protokoler,” ucapnya, menegaskan bahwa seni memberikan kebebasan yang tak pernah ia temui bahkan saat menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Dalam konteks yang lebih luas, langkah SBY ini juga memberi inspirasi: bahwa setiap orang, tak peduli latar belakangnya, berhak menemukan ulang dirinya sendiri.
Bahwa setelah bab panjang dalam karier, kita semua boleh memilih bab baru — yang lebih personal, lebih jujur, dan lebih membahagiakan.

Seni Sebagai Refleksi Hidup

SBY bukan sekadar “mantan presiden yang melukis.” Ia adalah contoh nyata dari seseorang yang berani berubah arah, mencari kedamaian lewat kreativitas.
Seni, baginya, bukan pelarian — melainkan cara baru untuk berdialog dengan kehidupan.

Melalui kuas, lirik, dan bait puisi, SBY membangun narasi baru tentang dirinya: bukan lagi simbol kekuasaan, tapi simbol refleksi.
Ia menunjukkan bahwa keindahan bisa lahir dari pengalaman, bahkan dari masa lalu yang penuh tekanan.

Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, kisah SBY ini mengingatkan kita bahwa kebebasan sejati sering kali hadir saat kita berani berhenti dan mencipta.
Dari istana ke studio seni, dari rapat kabinet ke ruang melukis, SBY menulis bab baru dalam sejarah hidupnya — bab tentang ketenangan, kebebasan, dan seni yang menyembuhkan.

Karena pada akhirnya, hidup bukan hanya tentang memimpin orang lain, tapi juga tentang menemukan kembali diri sendiri.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here