Hi Urbie’s! Suasana eksklusif di Ascott Sudirman Jakarta pada Sabtu malam, 29 November 2025, menjadi saksi kehadiran seorang legenda. Dalam acara Ascott Exclusive Media Fireside Chat with Chelsea FC Legend, Gary Cahill duduk dan berbagi kisah hidupnya. Mantan kapten Chelsea ini, yang dikenal karena ketangguhan dan kepemimpinannya, memancarkan aura tenang saat ia menceritakan kembali momen-momen paling berharga dalam karier gemilangnya. Kisah ini bukan hanya tentang sepak bola; ini tentang pencapaian, apresiasi, dan memori tak terlupakan tentang fans sepak bola Indonesia.
Jakarta: Kota Dengan Antusiasme 80.000 Jiwa
Kedatangan Cahill di Jakarta hanya berselang beberapa jam setelah ia mendarat. Meskipun jet lag mungkin menyerang, energinya terasa tinggi. Cahill segera mengkonfirmasi bahwa kunjungannya kali ini adalah yang kedua, setelah kunjungan pertamanya pada tahun 2013.
“Ini adalah kali kedua di Indonesia,” kata Cahill, mengenang masa-masa ia berada di sini dalam tur Asia bersama Chelsea. Ia mengingat betul betapa “wicked” atau kerennya momen itu.
Cahill kemudian merinci pertandingan melawan Indonesia All-Stars. “Kami memang menang dengan meyakinkan, skornya 8-1, jadi itu hasil yang bagus bagi kami.” Namun, yang paling membekas adalah atmosfer di stadion. Ia mengingat jelas, “Stadionnya luar biasa. Ada sekitar 80.000 orang yang hadir, jadi para penggemar di sini sangatlah bersemangat.” Pengakuan ini menegaskan reputasi fans sepak bola Indonesia yang dikenal sangat loyal dan penuh gairah.
Setelah perjalanan panjang, fasilitas di Ascott Sudirman Jakarta menjadi tempat istirahat pertamanya. Cahill menyatakan hotel itu “sangat bagus,” memuji kamar mandi yang nyaman, meskipun ia belum sempat beristirahat di tempat tidur.
Gary Cahill Memilih Yang Terbaik: Sentuhan Magis Liga Champions
Dengan koleksi trofi yang menakjubkan—termasuk Liga Champions dan Premier League—Cahill diminta untuk memilih satu pencapaian yang paling ia favoritkan. Ini adalah dilema seorang juara.
Cahill mengakui bahwa kariernya di Chelsea adalah periode yang sangat sukses. Tanpa ragu, ia menempatkan satu trofi di posisi teratas. “Saya selalu memilih Liga Champions, mungkin sedikit di atas Premier League,” ujarnya.
Alasannya sangat jelas. Liga Champions dianggapnya sebagai kompetisi piala terbaik di dunia. Baginya, memenangkan trofi itu adalah “mimpi yang menjadi kenyataan bagi diri saya dan rekan-rekan setim saya.”
Meskipun demikian, Cahill tidak bisa melepaskan diri dari impian masa kecilnya yang terikat dengan tanah kelahirannya. “Sangat dekat dengan itu adalah Premier League bagi saya,” kata Cahill. Ia mengenang bagaimana ia tumbuh besar di Inggris, hanya bermimpi untuk bermain satu pertandingan di Premier League, apalagi kemudian bermain untuk klub sebesar Chelsea. Kisah ini menjadi representasi nyata dari perjalanan seorang profesional yang meraih segalanya dari sebuah mimpi sederhana.
Baca Juga:
- Negara dengan Jam Kerja Tertinggi di Dunia: Bhutan Juara, Indonesia Santai di Urutan 115
- Falcon Pictures Rilis Poster “WARKOP DKI”! Penampilan Desta Jadi Dono Bikin Netizen Heboh!
- Cuma 50 Orang Punya! Kenalan Sama Golden Blood, Golongan Darah Langka di Dunia

Kualitas Tim: Bintang di Antara Bintang
Sebagai bek dan kapten yang sukses, Cahill menyadari peran vital dari rekan-rekan setimnya. Ia menyampaikan apresiasi mendalam, menyebut mereka sebagai “yang terbaik dalam permainan ini.”
Cahill tidak hanya memuji skill mereka, tetapi juga pedigree dan pengalaman mereka.
Ia menyoroti bahwa banyak dari rekan-rekan setimnya yang juga “telah unggul di liga lain bersama tim-tim besar.” Pengakuan ini memberikan insight berharga tentang standar yang berlaku di klub sebesar Chelsea.
Keberhasilan kolektif mereka adalah hasil dari menyatukan pemain elite global yang membawa mentalitas juara dari berbagai kompetisi.
Vibe Juara Dari Gary Cahill ke Urbie’s
Gary Cahill, dalam fireside chat di Ascott Sudirman Jakarta ini, menampilkan lebih dari sekadar legenda sepak bola. Ia adalah sosok yang menghargai setiap langkah, dari mimpi kecil di Inggris hingga raihan terbesar di Eropa. Kedatangannya, sebagai bagian dari acara The Famous CFC Goes to Jakarta, meninggalkan vibe inspiratif: sukses besar adalah hasil dari gairah masa kecil, kerja tim yang tak tertandingi, dan apresiasi tulus kepada para pendukung yang selalu menyalakan semangat, seperti 80.000 jiwa di Jakarta.






















































