
Hi Urbie’s! Dunia medis Indonesia kembali bergerak maju dengan hadirnya inovasi penting dalam penanganan dislipidemia—suatu kondisi ketika kadar kolesterol dalam darah tidak terkendali dan berisiko memicu penyakit jantung. Pada 1 Desember 2025, Daewoong Pharmaceutical Indonesia (DPI) resmi meluncurkan terapi kombinasi terbaru Ezetimibe/Rosuvastatin, termasuk tablet dosis 10/5 mg pertama di Indonesia. Inovasi ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan pasien berisiko rendah hingga sangat tinggi, sekaligus membawa standar tata laksana kardiovaskular Indonesia lebih dekat dengan pedoman global.
Peluncuran ini dikemas melalui sebuah simposium ilmiah bergengsi bertajuk “Future Perspectives on Dual-Pathway Strategies in Cardiovascular Risk Reduction” yang digelar di JW Marriott Hotel Jakarta pada 29 November 2025. Acara ini menghadirkan lebih dari 170 dokter kardiologi dari seluruh Indonesia dan Korea Selatan. Turut hadir nama-nama besar seperti dr. Ade Meidian Ambari, SpJP(K), PhD (Ketua PERKI), Prof. Kang Seok Min, MD., Ph.D. (Ketua Korean Society of Cardiology), serta Prof. Won Ho Youn, MD., Ph.D. dari Chung-Ang University Hospital. Kolaborasi lintas negara ini menunjukkan bahwa urgensi pencegahan kardiovaskular kini menjadi fokus internasional—dan Indonesia ada di barisan depan.
Lalu, mengapa terapi kombinasi ini menjadi sorotan? Dalam dunia kardiologi, ada satu prinsip penting yang kini semakin ditegaskan: semakin rendah LDL-C, semakin baik. LDL-C—yang sering disebut “kolesterol jahat”—adalah faktor utama dalam pembentukan plak pada pembuluh darah. Bila tidak dikendalikan sejak dini, plak ini bisa menyebabkan penyempitan arteri, serangan jantung, hingga stroke mematikan.
Ketua PERKI, dr. Ade Meidian Ambari, menyampaikan fakta yang cukup mengkhawatirkan: lebih dari 80% pasien penyakit jantung koroner di Indonesia belum berhasil mencapai target LDL-C < 70 mg/dL. Bahkan hanya 8,5% pasien risiko sangat tinggi yang mencapai target 55 mg/dL. Dengan data sebesar itu, terlihat jelas bahwa pendekatan tunggal menggunakan statin dosis tinggi sudah tidak lagi cukup efektif untuk sebagian besar pasien.
Di sinilah keunggulan terapi kombinasi Ezetimibe dan Rosuvastatin menjadi relevan. Kombinasi dua mekanisme—menghambat produksi kolesterol di hati sekaligus menekan penyerapan kolesterol di usus halus—membuat efek penurunannya jauh lebih optimal meskipun pada dosis rendah. Inilah yang menjadi alasan mengapa pedoman ESC (European Society of Cardiology) menekankan pendekatan “lebih rendah dan lebih cepat” demi mencegah masalah kardiovaskular lebih besar di masa depan.
Baca Juga:
- Negara dengan Jam Kerja Tertinggi di Dunia: Bhutan Juara, Indonesia Santai di Urutan 115
- Falcon Pictures Rilis Poster “WARKOP DKI”! Penampilan Desta Jadi Dono Bikin Netizen Heboh!
- Cuma 50 Orang Punya! Kenalan Sama Golden Blood, Golongan Darah Langka di Dunia
Pakar dari Korea Selatan, Prof. Won Ho Youn, turut memperkuat bukti tersebut melalui berbagai hasil riset global. Dalam presentasinya berjudul “Dual Pathway LDL-C Lowering: Global Evidence and Real-World Experience with Ezetimibe + Rosuvastatin,” ia memaparkan bahwa studi ACTE (AJC, 2011) dan RACING (Lancet, 2022) menunjukkan terapi kombinasi mampu menurunkan LDL-C lebih besar dan memiliki efek samping lebih rendah dibandingkan penggunaan statin dosis tinggi. Artinya, pasien mendapatkan manfaat yang lebih kuat tanpa meningkatkan risiko efek samping yang sering ditakuti dari statin dosis besar.
Di Korea Selatan sendiri, penggunaan terapi kombinasi juga berkembang pesat. Prof. Kang Seok Min dari Korean Society of Cardiology mengungkapkan bahwa tingkat peresepan Ezetimibe naik dari 4,5% pada 2016 menjadi 22,5% pada 2020. Dampaknya signifikan: pencapaian target LDL-C melonjak dari 41,4% menjadi 62,5%. Ia menegaskan bahwa pasien dengan risiko tinggi harus memulai terapi kombinasi tanpa menunda, karena waktu adalah faktor penentu dalam mencegah kejadian kardiovaskular.
Di Indonesia, Daewoong menghadirkan tiga pilihan dosis—10/5 mg, 10/10 mg, dan 10/20 mg—untuk memastikan setiap pasien mendapatkan terapi yang sesuai tingkat risikonya. Inilah langkah penting menuju tata laksana yang lebih presisi dan modern. Baik In Hyun, Head of Indonesia Business Division Daewoong Korea Selatan yang juga menjabat sebagai Direktur Daewoong Pharmaceutical Indonesia, menyatakan bahwa peluncuran ini merupakan komitmen perusahaan dalam menghadirkan terapi inovatif yang terbukti secara ilmiah, sekaligus memperluas kolaborasi dengan rumah sakit dan institusi kesehatan di seluruh Indonesia.
Ke depan, Daewoong juga berencana memperluas portofolio terapi untuk diabetes, hipertensi, dan gagal jantung. Kolaborasi dengan PERKI dan pakar kardiologi dari dua negara diyakini akan membawa Indonesia menuju era baru dalam pencegahan kardiovaskular yang lebih cepat, lebih tepat, dan lebih efektif.



















































