
Hi Urbie’s, ada pemandangan memilukan yang datang dari langit Aceh. Satelit Copernicus Sentinel-2 milik Badan Antariksa Eropa atau ESA menangkap kondisi daratan di timur Kota Lhokseumawe yang terlihat seperti… hilang. Sebuah hamparan permukiman dan lahan yang biasanya tampak hijau pada citra satelit, kini berubah menjadi blok gelap kecokelatan—pertanda wilayah itu terendam banjir besar.
Gambar tersebut diambil pada Sabtu (29/11/2025) dan dirilis ESA pada Kamis (4/12/2025). Melalui dua frame before–after yang kini viral, kita bisa melihat bagaimana alam seakan menghapus sebagian daratan Aceh hanya dalam hitungan hari. Di sisi kiri, hamparan hijau membentang tanpa gangguan. Di sisi kanan, banjir dan lumpur menenggelamkan hampir seluruh permukaan tanah, memperlihatkan kerusakan seluas mata memandang.
Bukan hanya sebuah foto, Urbie’s. Ini adalah bukti visual dari bencana yang mencabik-cabik Aceh pada pekan lalu.
111 Ribu Rumah Rusak, Aceh Luka di 18 Kabupaten/Kota
Data Posko Tanggap Darurat Bencana Aceh per Kamis (4/12), pukul 19.31 WIB, memperlihatkan skala kehancuran yang tak pernah dibayangkan. Sebanyak 111.430 unit rumah warga rusak akibat banjir dan longsor di 18 kabupaten/kota.
Aceh Utara menjadi wilayah yang paling terpukul. Di sana, 54.261 rumah warga dilaporkan hancur, rusak berat, atau tak lagi bisa dihuni. Angka ini kemungkinan besar masih akan bertambah karena masih ada wilayah yang belum melakukan pendataan menyeluruh—akses putus, jembatan roboh, dan medan yang sulit membuat tim lapangan berjuang dari titik satu ke titik lainnya.
Rumah bukan satu-satunya yang lenyap diterjang air dan tanah longsor. Fasilitas umum pun tumbang satu per satu:
- 176 kantor,
- 64 tempat ibadah,
- 246 sekolah,
- 240 RS dan puskesmas,
- 442 ruas jalan, dan
- 224 jembatan.
Bayangkan Urbie’s: angka itu bukan sekadar statistik. Itu adalah sekolah tempat anak-anak menimba ilmu, jembatan tempat orang tua menyeberang setiap hari, dan rumah sakit yang mestinya menjadi tempat aman di tengah bencana.
Korban Jiwa Terus Bertambah, Pengungsi Tembus 800 Ribu Orang
Tragedi ini juga meninggalkan luka paling dalam: kehilangan nyawa. Hingga Kamis malam (4/12), 326 orang dilaporkan meninggal dunia dan 167 orang masih hilang. Angka ini pun belum final.
Di sisi lain, jumlah pengungsi melonjak tajam menjadi 813.017 orang, tersebar di 698 titik. Dari balai desa hingga gedung sekolah, dari tenda darurat hingga pos-pos pengungsian yang dibangun tergesa-gesa—semua penuh sesak dengan warga yang kehilangan rumah dan harapan.
Satelit Ungkap Skala Kerusakan yang Tak Terlihat dari Darat
Gambar before–after satelit ESA memperlihatkan perubahan drastis bentuk daratan dalam resolusi tinggi. Warna hijau pekat yang menandakan vegetasi berubah menjadi cokelat keruh, pertanda lapisan tanah tersapu banjir. Garis sungai yang semula tipis kini melebar seperti patahan hitam, menunjukkan aliran air yang meluap ke segala arah.
Di pesisir Aceh Utara, kontur tanah yang biasanya jelas justru memudar. Beberapa area pesisir bahkan tampak seperti hilang, termakan arus deras.
Dari udara, Aceh terlihat seperti wilayah yang ditarik mundur puluhan tahun dalam hitungan hari.
Baca Juga:
- Perawatan Rambut Baru untuk Rambut Diwarnai dan Sering Distyling
- Studi Terbaru: Intervensi Nutrisi Dini Bisa Hemat 4 Kali Lipat Biaya Kesehatan Anak
- Epy Kusnandar Meninggal Dunia 3 Desember 2025! Dari Sinetron Ke Layar Lebar, Hingga Warung
“Banyak yang Parah Termasuk Hancur…”
Gubernur Aceh Muzakir Manaf, atau Mualem, menyampaikan bahwa kondisi di lapangan jauh lebih parah daripada yang terlihat di permukaan.
“Banyak yang parah termasuk hancur, ada di Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Timur, Bener Meriah, Pidie Jaya sampai Aceh Tengah,” ujarnya.
Ia juga mengakui bahwa data kerusakan dan korban masih mungkin bertambah. Beberapa daerah bahkan masih terisolasi, belum bisa diakses karena jembatan putus dan jalur darat tertutup longsor.
Foto Satelit: Luka yang Tak Bisa Disembunyikan
Urbie’s, foto before–after yang kamu lihat di atas bukan sekadar dokumentasi. Itu adalah pengingat keras tentang rapuhnya ruang hidup kita. Ketika di satu sisi bumi tampil hijau subur, dalam sekejap semua bisa berubah menjadi lapisan lumpur gelap tanpa bentuk.
Citra satelit itu merekam:
- Perubahan warna drastis dari hijau terang menjadi cokelat pudar.
- Hilangnya struktur alami di dekat pesisir.
- Sungai yang melebar dan bercabang tak beraturan akibat luapan air.
- Batas pantai yang bergeser jauh ke darat.
Dengan skala kerusakan seperti ini, tak heran jika ratusan ribu warga terpaksa mengungsi dan lebih dari seratus ribu rumah rusak atau hancur.
Aceh Masih Butuh Kita
Bencana ini bukan hanya angka dan foto satelit dari ESA ini, Urbie’s. Ini tentang manusia—keluarga, rumah, dan tanah kelahiran. Aceh sedang berjuang keras bangkit dari salah satu bencana terbesar dalam satu dekade terakhir. Dan seperti yang kita tahu, pemulihan Aceh tidak akan selesai dalam hitungan hari.
Kita mungkin melihatnya dari jauh, dari layar ponsel, dari citra satelit yang menembus awan. Tapi bagi warga Aceh, ini adalah kenyataan yang harus mereka hadapi setiap pagi. Tetap bersama mereka, Urbie’s. Kita jaga perhatian, kita sebarkan informasi, dan kita bantu sebisanya.





















































