Home Entertainment Episode Terakhir “Berabou” Unbound: Ketika Sastra, Sejarah, dan Masa Depan Jepang Bertemu

Episode Terakhir “Berabou” Unbound: Ketika Sastra, Sejarah, dan Masa Depan Jepang Bertemu

48
0
episode terakhir Berabou adegan Minokichi, pemilik generasi kedua Tsutaya. - sumber foto NHK
episode terakhir Berabou adegan Minokichi, pemilik generasi kedua Tsutaya. - sumber foto NHK
Urbanvibes

Hi Urbie’s!, drama sejarah “Berabou” atau yang dikenal dengan nama Unbound, akhirnya mencapai episode terakhirnya, menutup kisah dengan pendekatan yang tidak hanya emosional, tetapi juga sarat makna sejarah dan intelektual. Alih-alih sekadar penutup dramatis, episode final ini menghadirkan refleksi tentang perubahan zaman, dunia penerbitan, dan arah sastra Jepang di akhir abad ke-18.

Episode pamungkas berpusat pada perjalanan panjang Tsutaya Juzaburo, tokoh penerbit legendaris yang diperankan Yokohama Ryusei, menuju Matsusaka, Ise, untuk menemui cendekiawan besar Motoori Norinaga, yang diperankan Kitamura Kazuki. Kunjungan pada Maret 1795 ini bukan fiksi semata, melainkan peristiwa sejarah yang tercatat dalam arsip kunjungan Norinaga, menjadikan adegan tersebut sebagai momen penting yang menghubungkan drama dan fakta sejarah.

Perjalanan Jauh Seorang Penerbit Visioner

Pada titik ini dalam hidupnya, Tsutaya belum menunjukkan tanda-tanda penyakit yang kelak merenggut nyawanya dua tahun kemudian. Meski telah menjadi pemilik penerbit berpengaruh di Edo, perjalanan ke Ise tetap menuntut tenaga dan tekad besar. Episode ini menyoroti bagaimana Tsutaya, di usia akhir 40-an, masih memiliki energi luar biasa untuk menempuh perjalanan jauh demi ide dan masa depan dunia literasi.

Pertanyaannya kemudian muncul: mengapa Tsutaya memilih menemui Motoori Norinaga secara langsung? Jawabannya tidak sesederhana pertemuan ideologis. Drama ini menempatkan risalah politik “Tamakushige” sebagai pemicu, namun lapisan makna yang lebih dalam justru berkaitan dengan dunia sastra populer yang tengah berkembang, khususnya puisi kyoka.

Ketertarikan Penyair Kyoka pada Motoori Norinaga

Motoori Norinaga dikenal hari ini sebagai tokoh besar Kokugaku atau studi nasional Jepang, dengan karya monumental seperti Kojikiden. Namun pada tahun 1795, reputasi Norinaga di mata para penyair kyoka tidak sepenuhnya berpusat pada filsafat nasionalisme budaya. Justru, daya tarik terbesarnya saat itu adalah kajian tata bahasa dan penggunaan bahasa Jepang klasik.

Karya-karya Norinaga seperti Te Ni O Ha, Kotoba no Tamao, dan risalah tentang penggunaan kana menjadi rujukan penting bagi para penulis dan penyair. Permintaan atas buku-buku ini sangat tinggi, terbukti dari cetak ulang dan banyaknya salinan yang masih bertahan hingga kini. Bagi penyair kyoka yang tengah naik daun pada era Kansei, penguasaan tata bahasa klasik bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.

Sastra Populer dan Naluri Bisnis Tsutaya

Sebagai penerbit jeli, Tsutaya membaca peluang ini dengan sangat tajam. Ia memahami bahwa ledakan popularitas kyoka menciptakan pasar baru yang membutuhkan panduan bahasa, komentar sastra, dan karya pendukung lainnya. Kunjungan ke Norinaga dapat dibaca sebagai langkah strategis untuk menjembatani dunia akademik dengan pasar pembaca yang lebih luas.

Baca Juga:

Drama “Berabou” dengan cerdas menggambarkan bahwa Tsutaya tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga berperan sebagai penghubung ide, pengetahuan, dan pembaca. Hal ini terlihat dari karya-karya Norinaga yang diterbitkan atau dikomentari melalui jaringan Tsutaya, meski bukan lagi buku tata bahasa murni.

Pertanda Lahirnya Era Novel Panjang

Salah satu adegan paling simbolis dalam episode terakhir adalah percakapan Tsutaya dengan pembaca di perjalanan pulang dari Ise. Keluhan pembaca yang menginginkan “cerita panjang, bukan cerita pendek bersampul kuning” menjadi sinyal perubahan selera pasar. Adegan ini bukan sekadar dialog biasa, melainkan foreshadowing lahirnya era bacaan panjang di Jepang.

Tsutaya kemudian menyampaikan gagasan ini kepada penulis seperti Jippensha Ikku dan Takizawa Bakin. Keduanya kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah sastra populer Jepang, dengan karya serial panjang yang sangat berpengaruh. Drama ini menempatkan Tsutaya sebagai figur yang mampu melihat masa depan sebelum orang lain menyadarinya.

Sastra yang Melampaui Edo

Pesan penting lain dari episode terakhir adalah dorongan untuk keluar dari sentralisme Edo. Tsutaya meminta cerita yang tidak lagi terikat pada satu kota, mencerminkan perubahan sosial dan meluasnya jaringan pembaca ke berbagai daerah. Fenomena ini sejalan dengan menyebarnya komunitas kyoka ke wilayah Kyoto, Osaka, dan provinsi lain.

Penerbitan pun memasuki fase baru, di mana perspektif nasional mulai menggantikan sudut pandang lokal. “Berabou” menutup kisahnya dengan menegaskan bahwa dunia sastra Jepang bergerak menuju skala yang lebih luas, lebih beragam, dan lebih inklusif.

Penutup Drama Taiga Berabou yang Sarat Makna

Urbie’s!, episode terakhir “Berabou” bukan sekadar akhir cerita, melainkan refleksi tentang perubahan zaman. Drama ini berhasil menunjukkan bahwa di balik buku, puisi, dan cerita, selalu ada orang-orang yang berani membaca masa depan. Tsutaya Juzaburo bukan hanya tokoh sejarah, tetapi simbol dari keberanian untuk menghubungkan ide, pasar, dan imajinasi—sebuah warisan yang relevan hingga hari ini.

Novotel Gajah Mada
Previous articleJohn Cena Tutup Karier WWE! Pensiun di Usia 48 dan 17 Gelar Dunia
Next articleApple Rilis iOS 26.2, Pengguna iPhone Diminta Segera Update Demi Keamanan
Adi D.S adalah penulis yang gemar berkelana. Baginya, dunia adalah perpustakaan raksasa, dan setiap destinasi adalah sebuah cerita yang menunggu untuk diungkap. Dengan bekal rasa ingin tahu yang tinggi dan jiwa petualang, Adi tak pernah lelah untuk menjelajah berbagai penjuru dunia. Gairah menulis Adi bersatu dengan kecintaannya pada traveling, menghasilkan karya-karya yang memikat dan informatif. Lewat tulisan yang apik dan mengalir lancar, Adi mengajak para pembaca untuk ikut berpetualang bersamanya. Dari kearifan budaya lokal hingga keindahan panorama alam, Adi mampu membawakan pengalaman traveling yang imersif dan menggugah selera. Adi tak hanya sekedar bercerita, namun juga berbagi pengalaman dan tips berharga. Para pembaca yang memiliki mimpi jalan-jalan akan dimanjakan dengan informasi praktis dan rekomendasi yang menarik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here