Hi Urbie’s! Di balik praktisnya makanan ultra-olahan yang sering jadi penyelamat saat waktu mepet, sebuah studi terbaru justru menunjukkan fakta yang cukup mengkhawatirkan. Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Oncology ini mengungkap bahwa konsumsi makanan Ultra-Processed Food dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan risiko berkembangnya adenoma kolorektal jinak di usia muda hingga 45 persen. Temuan ini semakin menambah daftar panjang bukti yang menghubungkan pola makan modern dengan meningkatnya kasus kanker kolorektal, khususnya di kalangan anak muda.
Dalam laporan CNN, para peneliti mengamati lebih dari 29.100 perawat wanita selama rata-rata 13 tahun. Hasilnya mengejutkan. Partisipan dengan konsumsi ultra-processed food tertinggi—sekitar sepuluh porsi per hari—memiliki risiko jauh lebih besar untuk mengalami tumor usus sebelum usia 50 tahun dibandingkan mereka yang hanya mengonsumsi sekitar tiga porsi per hari. Adenoma kolorektal sendiri merupakan tumor atau polip jinak di usus besar yang berpotensi berkembang menjadi kanker jika dibiarkan. Meski jinak, kondisi ini tak bisa dianggap sepele karena bisa menjadi awal dari penyakit serius.
Makanan ultra-olahan yang dimaksud bukan sekadar makanan cepat saji, tetapi juga roti ultra-olahan, saus dan selai sarapan, hingga minuman tinggi gula atau yang memakai pemanis buatan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), makanan ultra-olahan mengandung berbagai bahan yang jarang digunakan dalam masakan rumahan, seperti pengemulsi, pengawet, penguat rasa, hingga zat pemutih. Kandungan ini membuat makanan terasa lebih enak, tidak mudah basi, dan sangat menggugah selera—tapi di sisi lain, rendah serat dan tinggi kalori.
Baca Juga:
- Sering Goyang-Goyangin Kaki? Hati-Hati, Bisa Jadi Gejala Sindrom Kaki Gelisah
- Bukan Benci Kerja, Cuma Capek Drama: Realita Anak Muda di Dunia Kerja Modern
- Inovasi Gila dari China! Bikin Kertas dari Pasir Gurun Tanpa Menebang Pohon
Meski penelitian ini tidak secara langsung membuktikan hubungan sebab-akibat, para ahli menyarankan masyarakat untuk lebih bijak memilih makanan. Andrew Chan, ahli gastroenterologi sekaligus penulis utama studi ini, menegaskan bahwa hasil penelitian mereka perlu menjadi alarm awal. Sementara itu, David Katz, pendiri True Health Initiative, mengingatkan pentingnya kembali pada pola makan berbasis makanan utuh: sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, serta air putih. Dalam berbagai laporan sebelumnya, makanan ultra-olahan diketahui memicu kita untuk makan lebih banyak, sedangkan makanan utuh memberikan rasa kenyang yang lebih tahan lama.
Adenoma kolorektal sering kali tidak bergejala, namun ketika ukurannya membesar, kondisi ini dapat menyebabkan keluhan seperti feses berdarah atau berwarna hitam, nyeri perut, kekurangan zat besi, penurunan berat badan tanpa sebab, hingga sembelit akibat penyumbatan. Faktor inilah yang membuat deteksi dini dan pola makan sehat menjadi semakin penting, terutama bagi generasi muda yang kini hidup di lingkungan serba cepat dan praktis.
Urbie’s, meskipun makanan ultra-olahan terasa menggoda dan mudah ditemukan di mana saja, temuan ini menjadi pengingat kuat bahwa apa yang kita konsumsi hari ini punya dampak besar bagi kesehatan masa depan. Mengurangi konsumsi, membaca label bahan, dan memperbanyak makanan segar bisa menjadi langkah kecil yang memberikan manfaat jangka panjang.



















































