Home Lifestyle Princess Treatment: Romansa Impian atau Bumerang Cinta?

Princess Treatment: Romansa Impian atau Bumerang Cinta?

63
0
Ilustrasi Princess Treatment: Romansa Impian atau Bumerang Cinta?, Foto: Freepik
Ilustrasi Princess Treatment: Romansa Impian atau Bumerang Cinta?, Foto: Freepik
Urban Vibes

Hi Urbie’s! Siapa sih yang nggak mau diperlakukan bak putri kerajaan? Dibelikan makanan favorit, dijemput pulang kerja, ditemani belanja, bahkan dapat hadiah random cuma karena ‘kamu pantas dapet yang terbaik’.

Fenomena princess treatment lagi ramai banget dibicarain, terutama di kalangan Gen Z yang doyan banget eksplor gaya pacaran ideal. Tapi pertanyaannya, apakah perlakuan seistimewa itu benar-benar sehat atau malah bisa jadi jebakan hubungan?

Apa Itu Princess Treatment?

Buat kamu yang belum familiar, princess treatment adalah konsep memperlakukan pasangan khususnya perempuan dengan perlakuan super istimewa ala putri raja. Biasanya melibatkan perhatian ekstra, pemberian hadiah, dan sikap gentleman dari si cowok. Di TikTok dan Twitter, banyak cewek yang menganggap ini sebagai love language ideal.

Baca juga:

Salah satu konten viral memperlihatkan cewek yang selalu dijemput pacarnya pulang kerja, dikasih bunga setiap minggu, dan nggak pernah disuruh bayar makan. Banyak yang komentar iri, bilang “gini nih cowok idaman!” Tapi di balik gemerlapnya, ada hal yang perlu dicermati lebih dalam.

Antara Sweet dan Red Flag

Sebenarnya, nggak ada yang salah dengan memperlakukan pasangan dengan baik. Tapi, yang perlu diwaspadai adalah ketika princess treatment jadi topeng manipulasi. Misalnya, cowok yang awalnya baik banget, tapi ujung-ujungnya jadi mengontrol: “Aku udah ngelakuin semua buat kamu, masa kamu nggak nurut?”

Fenomena ini bahkan punya istilah lain, yaitu love bombing, di mana seseorang ‘membombardir’ kamu dengan cinta, hadiah, dan perhatian untuk menciptakan ketergantungan emosional. Awalnya bikin nyaman, tapi bisa berujung toksik kalau kamu merasa ‘berutang’ perasaan.

Budaya Patriarki yang Terselubung

Menariknya, princess treatment juga bisa jadi bentuk patriarki halus. Kenapa? Karena perempuan diposisikan sebagai sosok yang harus dilayani, pasif, dan selalu ‘dimanja’, sementara laki-laki berperan sebagai pemberi dan pemimpin. Ini bisa membuat relasi jadi nggak setara karena cewek seolah nggak boleh punya kontrol penuh atas keputusan dalam hubungan.

Apakah salah dimanja? Tentu nggak. Tapi, relasi yang sehat mestinya dibangun atas dasar saling. Bukan hanya cowok yang effort, cewek juga bisa menunjukkan perhatian. Hubungan ideal itu bukan “aku ratu, kamu pelayan”, tapi dua orang yang saling support.

Self-Worth vs Validasi

Yang juga penting, jangan sampai princess treatment jadi sumber validasi diri. Kamu itu berharga bukan karena ada yang membelikanmu barang mahal atau memperlakukanmu seperti putri Disney. Tapi karena kamu memang pantas dicintai dengan tulus, baik dalam bentuk sederhana maupun istimewa.

Being treated like a princess itu bonus, bukan standar mutlak. Fokus ke hal yang bikin kamu bahagia dan nyaman, bukan cuma yang bikin kamu kelihatan ‘beruntung’ di depan orang lain.

Mau Jadi Putri? Pastikan Punya Takhta Sendiri

Fenomena princess treatment memang manis, tapi penting juga buat tetap rasional. Kalau kamu bahagia dan pasanganmu tulus, silakan nikmati. Tapi kalau kamu mulai merasa tertekan atau tergantung, mungkin waktunya evaluasi.

Hubungan itu soal keseimbangan, bukan kompetisi siapa paling effort. Jadi, sebelum kamu menuntut diperlakukan seperti putri, pastikan kamu juga memperlakukan dirimu sendiri dengan cinta dan respect.

Kalau kamu sendiri Urbie’s, tim diperlakukan kayak putri atau tim saling memperlakukan dengan cinta?

Urban Vibes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here